Thursday 29 May 2014

Tulisan TOU2 Minggu ke-3


Pada postingan sebelumnya saya telah membahas mengenai Warna dan Psikologi. Tidak jauh berbeda pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai Musik dan Psikologi. Selain karena menyasuaikan dengan topik sebelumnya, saya mengambil tema ini juga karena saya merasa tertarik untuk mengetahui kenapa setiap saya merasa stres meskipun tidak begitu mahir tapi bermain gitar ya bisa di bilang asal-asalan dan fals ini bisa mengembalikan mood saya.
Yap langsung saja kita bahas sedikit mengenai musik dan psikologi :)

Musik dan Psikologi

“Musik adalah getaran udara harmonis yang ditangkap oleh organ pendengaran, dan disampaikan kepada susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kesan tertentu dalam diri kita,” ujar Monty Satiadarma, psikolog dan art therapist. Ia menambahkan, yang disampaikan musik bukan bunyi semata, tapi integrasi dari beragam sumber bunyi yang memiliki timbre (warna nada), ritme (irama), intonasi, dan yang paling penting, harmoni.

Di masa lalu, musik juga memiliki peran yang sangat penting di mata masyarakat primitif. Mereka percaya, musik bisa mencegah datangnya bencana atau kejadian buruk lain. Sejarah penggunaan musik sebagai media penenang psikologi manusia telah dirintis sejak masa filosof Yunani kuno, Plato dan Aristoteles. Di Iran dan dipelbagai literatur kuno soal musik, pengaruh musik terhadap jiwa manusia telah dibahas secara khusus. Selama berabad-abad yang lalum, bangsa Iran memanfaatkan terapi musik sebagai metode penyembuhan dan menjadikannya sebagai faktor yang bisa menjaga kesehatan jiwa. Masalah itu bisa kita temukan dalam buku Behjatul Arwah karya Safiyuddin Armavi.

Lewat efeknya yang ajaib, musik dapat membebaskan rasa manusia dari jeratan tekanan batin, rasa kesepian, panik, dan berbagai gangguan mental lainnya. Karena itu, kini di berbagai negara marak didirikan berbagai pusat-pusat penelitian maupun praktek terapi musik. Musik, sesuai dengan susunan interval dan ritmenya memiliki refleksi khusus yang bisa merangsang sel-sel saraf sehingga perasaan manusia bisa diperlemah, diperkuat ataupun dialihkan. Pengaruh itu bahkan telah dibuktikan secara ilmiah di sepanjang fase kehidupan manusia, mulai dari masa di embrio hingga masa senja. Bahkan bisa berpengaruh juga pada jenis mahluk hidup lainnya seperti tumbuhan.

Tidak hanya itu saja, musik terbukti berpengaruh pada sistem saraf sensorik-motorik, sistem saraf sadar, dan sel saraf lain. Hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Aplikasi Musik di Iran mengenai fungsi terapan musik terhadap kesehatan fisik dan mental manusia menunjukkan bahwa terapi musik bisa menjadi metode penyembuhan baru pada gangguan mental di kalangan anak-anak cacat mental. Penelitian itu membuktikan, terapi musik bisa meningkatkan rasa percaya diri dan mengontrol tindakan hyperaktif di kalangan anak-anak cacat mental serta bisa menciptakan perubahan mental dan perilaku yang signifikan.

Terapi Musik


Dr. Ali Zadeh Muhammadi, seorang psikolog klinis yang sudah hampir 20 tahun melakukan penelitian dan praktek terapi musik. Menurutnya, selain jenis musik, alat musik juga punya peranan penting. Untuk langkah awal, sebaiknya menggunakan jenis alat musik ritmik seperti jenis instrument musik pukul. Dr Ali Zadeh berpendapat, anak-anak cacat mental tidak bisa diajari dengan alat-alat musik yang rumit semacam gitar. Tapi mesti dengan instrumen yang sederhana dan mudah dimainkan serta cepat menjalin hubungan. Ditambahkannya, musik di kalangan orang-orang tuna netra memiliki pengaruh yang sangat ajaib, khususnya terhadap daya pendengaran mereka, sehingga banyak berpengaruh positif terhadap kualitas hidupnnya. Seruling merupakan instrumen penting dalam terapi musik.

Biasanya, para terapis membagi tema musik ke dalam lima jenis, yaitu:

  • Musik bertema trance adalah jenis musik yang mengandung ungkapan rasa ceria yang luar biasa. Jenis musik semacam itu cocok untuk menyembuhkan orang yang mengalami tekanan mental atau stress.
  • Musik yang berirama melow dan melankolis merupakan jenis musik yang menyayat perasaan. Musik semacam itu bisa menurunkan asupan sejumlah komposisi kimia dalam otak. Musik bertema melankolis dalam kondisi normal bisa mengurangi rasa sakit dan nyeri. Sementara jika didengar di saat sedih, bisa mempermudah bagi seseorang untuk menahan rasa duka. Namun, penggunaan musik bertema seperti itu secara berlebihan bisa menurunkan semangat dan kebencian.
  • Musik bertema semangat merupakan jenis musik yang bisa membangkitkan reaksi kuat dan cepat yang disertai dengan tanggapan fisiologis. Para komposer musik menggunakan tema semacam itu untuk meningkatkan gerakan badan. Jenis musik ini sangat diminati kalangan muda. Jika dimanfaatkan secara tepat, jenis musik ini bisa berdampak positif dan meningkatkan semangat.
  • Musik yang bernada ceria dengan sentuhan irama yang menenangkan. Musik seperti ini bisa meningkatkan gairah hidup dan memunculkan perasaan positif, sehingga bisa meningkatkan daya kerja. Jenis musik ini juga sangat bermanfaat untuk membangkitkan semangat dan keceriaan di kalangan anak-anak ataupun remaja.
  • Musik relaksasi. Musik ini bernuansa lembut, monoton, dan datar. Kelembutan musiknya itu bisa menenangkan perasaan dan emosi manusia. Musik jenis ini dimanfaatkan untuk meningkatkan konsentrasi dan menyeimbangkan emosi. Sejatinya ada banyak cara untuk menciptakan ketenangan batin. Sebagian orang berusaha memperolehnya dengan mendengarkan musik, ada yang dengan membaca buku, melakukan wisata alam, atau bahkan hanya sekedar makan dan tidur.
Dalam menangani kasus dengan terapi musik, Monty biasanya menggunakan alat untuk mengukur suhu kulit. Perubahan suhu akan menunjukkan reaksi seseorang saat mendengarkan musik. “Kalau dia semakin relaks, saya akan melanjutkan terapi. Tapi kalau dia semakin tegang, berarti musik harus diganti  karena tidak sesuai dengan kondisi psikologisnya,” ungkap  Monty.

Fisiologis dan psikologis


Unsur-unsur dalam setiap jenis musik dan alat musik dapat mempengaruhi tubuh secara fisiologis maupun psikologis. Misalnya perkusi (alat musik pukul) bekerja karena benturan benda padat, akan menghasilkan hentakan yang mempengaruhi detak jantung. Sedangkan irama musik bisa mempengaruhi irama tubuh. Maka, jika irama tubuh dalam kondisi cepat, Anda dapat membuatnya lebih tenang dengan mendengarkan musik berirama lambat.

Selain itu musik dapat mempengaruhi fungsi psikologis, antara lain kognitif (pikiran) dan emosi. Musik dapat membuat Anda teringat akan suatu hal. Bahkan musik juga mampu menggugah emosi atau perasaan, karena pada dasarnya musik memang diciptakan dari emosi pembuatnya. Misalnya, Anda mendengarkan lagu Indonesia Raya – meskipun tanpa lirik - maka timbul rasa hormat. Atau ketika mendengarkan suatu jenis musik, Anda teringat pada peristiwa di masa lalu yang membangkitkan emosi tertentu.

Psikologi musik

Psikologi musik dapat dianggap sebagai cabang psikologi atau cabang musikologi. Ilmu ini bertujuan menjelaskan dan memahami perilaku dan pengalaman musik. Psikologi musik modern lebih bersifat empiris: pengetahuan psikologi musik cenderung maju atas dasar interpretasi data tentang perilaku dan pengalaman musik yang dikumpulkan melalui observasi sistematis dan interaksi dengan manusia. Psikologi manusia adalah bidang penelitian dengan relevansi praktis untuk pertunjukan musik, komposisi musik, pendidikan musik, pengobatan musik, dan terapi musik.

Nah dari pembahasan diatas salah satu hal yang saya dapat pahami adalah bahwa berinteraksi dengan musik apalagi secara aktif, misalnya: bernyanyi dan memainkan alat musik terbukti dapat memberi keselarasan fisik, mental, dan spiritual. Dengan ini semoga postingan ini tidak berakhir sebagai tugas kuliah saja tapi semoga bermanfaat untuk membantu anda para pembaca blog ini untuk mampu mengendalikan emosi dengan musik.

Sumber :

No comments:

Post a Comment